Back

Shanghai Composite Turun Lebih dari 8% ke Terendah Baru 2025 di Area 3.399 di Tengah Keriuhan Tarif AS

  • Shanghai Composite membuka pekan baru dengan gap bawah dan terus meluncur.
  • Tiongkok merespon tarif dari Trump dengan mengenakan tarif 34% pada barang-barang yang diimpor dari Amerika Serikat.
  • Tiongkok akan merilis data Cadangan Devisa, meskipun perkembangan tarif tampaknya akan tetap menjadi pendorong utama indeks.

Shanghai Composite (SSE) Tiongkok berada di 3.431 turun lebih dari 8% pada saat berita ini ditulis di hari pertama pekan perdagangan baru. Indeks ini dibuka dengan gap bawah di 3.569,45 dan sempat mencatatkan tertinggi hari 3.597,03 meskipun belum mampu menutup gap. Kenaikan ke tertinggi hari tidak berlangsung lama karena indeks kemudian turun ke area 3.399 yang merupakan terendah baru 2025 dan juga level terendah sejak akhir September 2024. Shanghai Composite adalah indeks yang meliputi semua saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Shanghai dan digunakan untuk mengamati tren saham Tiongkok.

Shanghai Composite Tiongkok masih terjebak di tengah perang tarif AS-Tiongkok. Setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan akan menghantam Tiongkok dengan tarif 34% pada 2 April, Tiongkok mengeluarkan pernyataan Jumat pekan lalu bahwa Tiongkok akan mengenakan tarif 34% pada impor AS sebagai pembalasan. Presiden AS, Donald Trump, membalas pada hari Minggu dengan mengatakan bahwa tidak akan ada kesepakatan kecuali defisit perdagangan Tiongkok diselesaikan, seperti dilansir oleh Reuters.

SSE tidak sendirian berada di zona merah karena hampir seluruh indeks utama Asia bergerak di lautan merah. Nikkei 225 Jepang di 31.416,71 turun 7%, Hang Seng Hong Kong berada di 19.934,09 ambles 12,76%, dan Kospi Korea Selatan di 2.331,91 turun 5,42%. Bursa saham Indonesia masih ditutup karena libur hari lebaran dan akan dibuka hari Selasa, 8 Februari 2025. Pasar dan para investor sangat menantikan reaksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia setelah Donald Trump mengenakan tarif 32% pada barang-barang impor dari Indonesia.

Dari sisi data, Tiongkok akan merilis data Cadangan Devisa untuk bulan Maret. Setelah itu, Tiongkok tidak akan merilis data hingga hari Kamis, berupa data inflasi, investasi asing, kredit baru, dan uang beredar. Namun demikian, data yang disebutkan di atas diprakirakan tidak akan memberikan pengaruh yang besar karena pasar tampaknya akan lebih dipengaruhi oleh perkembangan terbaru perang tarif AS-Tiongkok.

Jika SSE terus turun, indeks ini akan mengekspos level-level yang terakhir terlihat pada September 2024. Support pertama yang bisa dihadapi SSE adalah 3.210,36 (terendah 25 dan 26 September 2024), area 3.150,59 (terendah 6 Agustus 2024), dan 3.000 (level psikologis). Tugas pertama yang perlu dilakukan indeks untuk membalikkan penurunan ini adalah naik ke 3.710,86 untuk menutup gap pembukaan mingguan. Setelah itu, SSE akan menghadapi 3.844,34 (tertinggi 19 Maret 2025), dan 3.905,19 (tertinggi 8 November 2024).

Grafik Harian Shanghai Composite

SSE

Bank Indonesia Ambil Langkah Cepat di Pasar Off-shore dan Domestik guna Stabilkan Rupiah

Bank Indonesia (BI) mengambil langkah tegas dalam merespons tekanan global terhadap nilai tukar Rupiah.
Leia mais Previous

Valas Hari Ini: Dolar AS Tertekan saat Berita Tarif Mendominasi Pasar

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Senin, 7 April:
Leia mais Next